Mutu jahe yang baik hanya akan diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kematangan yang cukup. Pemanenan dilakukan pada pagi hari dan produk harus diletakkan ditempat yang teduh.
Panen jahe dilakukan dengan
cara membongkar seluruh tanaman menggunakancangkul atau pupuk. Agar rimpang
hasil panen tidak lecet dan tidak terpotong, maka perlu kehati-hatian waktu
panen karena akan mengurangi mutu jahe. Rimpang dibersihkan dari kotoran dan
tanah yang menempel.
1. Ciri & Umur Panen Jahe: Pemanenan
dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu
penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4
bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai
tua. Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur
tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna
daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung
selama 15 hari atau lebih.
2. Cara
Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat
garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya
tanah & kotoran lainnya yg menempel pada rimpang dibersihkan & bila
perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira
selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab &
penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
3. Periode
Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara
bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian
atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau
tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan
kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak
kadar airnya.
4. Perkiraan
Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25
ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara
10-15 ton/hektar.
1. Penyortiran
Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan
rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai,
timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan
air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama
agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal
dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
2. Perajangan
: Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel &
alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang
hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin pemotong.
3. Pengeringan
: Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau
alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau
setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan
diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar
pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yg lembab &
dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam
oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yg akan dikeringkan ditaruh
di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah
pengeringan, timbang jumlah rimpang yg dihasilkan
4. Penyortiran
Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah dikeringkan
dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil,
tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan
: Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik
atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian
dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih & metode penyimpanannya.
6. Penyimpanan
: Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 °
C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg
bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.
Untuk proses pengangkutan
harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Dalam
pengangkutan jahe mulai dari lapangan (tempat pengumpulan hasil panen) sampai
ke konsumen perlu di perhatikan sifat/karakteristik jenis produk tersebut yang
diangkut, lamanya perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
2. Jahe yang diangkut sebaiknya
terhindar dari sinar matahari secara langsung selama pengangkutan.
3. Selama pengangkutan, jahe
yang diangkut dijaga dari kemungkinan terjadinya benturan, gesekan dan tekanan
yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau menurunnya mutu
produk jahe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar